Friday, February 24, 2012

Resensi Buku “La Tahzan”

Judul : La Tahzan (Jangan bersedih!)
Penulis : DR. ‘Aidh al-Qarni
Penerbit : Qisthi press
Cetakan : ke-18,Maret 2005
Tebal : 572 halaman
Jika kita membaca buku-buku petunjuk cara hidup, nuansa yang akan kita dapatkan dalam buku-buku itu adalah bagaimana kita mencapai kesuksesan dunia, atau lebih tepatnya kesuksesan materiil. Hal ini banyak kita dapatkan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis barat yang memang hanya berorientasi pada materi semata.
Buku-buku yang dianggap sangat berpengaruh dan menjadi best seller semisal, The Magic of Thinking Big, karya David J. Schwart, How to Stop Worrying and Start Living, karya Dale Carniege, The Seven Habits of Highly Effective Life, karya Steven R. Covey, kita akan mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis ke arah kebahagiaan yang lebih cenderung duniawi daripada ukhrawi. Allah dan akhirat tidak menjadi bagian paling penting dalam kajian-kajian mereka. Di sinilah, menurut orang-orang beriman, letak kekurangannya meski karya-karya mereka enak dibaca. Sisi kerohaniannya terasa begitu kurang.
Berbeda ketika kita membaca buku La Tahzan karya DR. ‘Aidh al-Qarni. Buku ini sangat padat dengan nuansa ukhrawi tanpa mengesampingkan sisi-sisi duniawi. Kita diajak untuk menjadi idealis dengan tetap realistis, menjadi ukhrawi dan duniawi sekaligus, mempersiapkan kehidupan masa kini namun tak lupa masa depan, diajak bekerja dengan keras dan diajak pula beristirahat.
Dari 572 halaman dan banyak sekali bab yang terdapat pada buku La Tahzan, saya sangat tertarik pada bab ke-3 “Hari Ini Milik Anda”. Pada bab ini DR. ‘Aidh al-Qarni membahas tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi masa lalu yang telah terjadi dan masa depan yang masih belum terjadi. Beliau menuntun kita untuk tidak perlu bersedih dan menyesal dengan apa yang telah terjadi pada diri kita. Penyesalan terhadap masa lalu tersebut sangat merugikan kita dan tidak akan dapat memutar waktu kembali. Cemas dan gelisah terhadap masa depan juga merugikan kita, karena masa depan itu masih gaib dan hanya Allah yang tahu.

Thursday, February 23, 2012

Sebelas Patriot dalam Resensi


Judul novel      : Sebelas Patriot
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : Juni 2011
Tebal               : 101 halaman
Resensi:
Kembali kita disuguhi oleh kisah seorang anak berambut ikal dengan nama Ikal juga, yang berasal dari sebuah pulau kecil di bagian selatan Pulau Sumatera, Belitong. Pulau yang sekitar 5 tahun lalu mungkin belum pernah terdengar namanya, namun saat ini menjadi salah satu tujuan wisata “terpanas” di Republik ini berkat tetralogi “Laskar Pelangi” oleh penulis yang sama.
Kali ini Ikal mengungkap sisi lain dari kehidupannya, yakni kecintaannya terhadap sepakbola. Di tetralogi Laskar Pelangi, kecintaannya terhadap sepakbola nyaris tidak pernah disinggung. Dia – Si Ikal maksudnya – malah “mengaku” begitu mencintai bulutangkis. Namun di novel yang tergolong tipis untuk ukuran Andrea Hirata ini, diungkap tuntas kecintaan Ikal terhadap sepakbola, sebelum akhirnya rasa cinta yang berbuah keinginan besar untuk menjadi pemain PSSI itu kandas dan hal inilah yang membuatnya “ke lain hati” menjadi mencintai bulutangkis.
Ternyata kecintaannya terhadap sepakbola ini bukan tanpa sebab. Berawal dari sebuah foto yang terlarang baginya untuk dilihat, apalagi ditanya, Ikal secara tidak sengaja, atau lebih tepatnya sembunyi-sembunyi, menemukan sejarah bahwa ayahnya yang amat sangat dicintai dan dikaguminya itu pernah menjadi salah seorang pahlawan sepakbola di kampungnya ketika jaman penjajahan Belanda, yang membuat ayahnya tersebut harus mengalami kehancuran tempurung lutut kiri akibat siksaan Belanda yang tidak senang kesebelasan kumpeni dikalahkan kesebelasan jajahan dengan gol semata wayang ayahnya ini.
Mengetahui begitu besar peran ayahnya pada masa itu, Ikal bertekad untuk meneruskan jejak ayahnya sebagai pahlawan sepakbola, dan dengan semangat yang membuncah-buncah, berkali-kali mencoba menjadi pemain sepakbola junior PSSI, namun selalu gagal. Rasa sedih, kecewa, dan merasa bersalah pada ayahnya, sangat memukul jiwa Ikal. Namun kata-kata motivasi dari ayahnya membuatnya kembali bangkit, “Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.” Sungguh kalimat motivasi terhebat yang pernah keluar dari seorang ayah yang sangat pendiam dan bahkan tak pandai baca tulis itu.
Menyadari ketidakmungkinannya menjadi pemain sepakbola, membuat Ikal puas sekedar menjadi pendukung sepakbola terutama PSSI dengan menyebut dirinya dan para pendukung PSSI sebagai Patriot PSSI. Atas kecintaan yang besar terhadap sepakbola pada umumnya, dan terhadap ayahnya pada khususnya itu pulalah yang membuat Ikal dengan penuh perjuangan mendapatkan baju seragam sepakbola milik Luis Figo – langsung dari markas Real Madrid di Santiago Bernabeu di Kota Madrid, Spanyol, dan lengkap dengan tanda tangan asli Figo – dengan bekerja serabutan siang malam seperti yang biasa dilakoni seorang backpacker, agar uangnya mencukupi harga kaos itu sejumlah dua ratus lima puluh euro. Dan dia berhasil mendapatkannya, tentu saja. Bahkan setelah itu dia berhasil juga menonton pertanding antara Real Madrid vs Valencia, langsung dari tribun di stadion Santiago Bernabeu.

Wednesday, February 22, 2012

Koleksi Buku Pustaka Al-Kautsar

Pembaca yang budiman, buku merupakan sarana untuk menambah pengetahuan kita dalam hal apapun, baik Agama, Budaya, olitik dan lain sebagainya. Disini kami suguhkan beberapa contoh buku yang berkenaan tentang pemahaman kita dalam beragama dan beribadah dari penerbit Pustaka Al-Kautsar.























 
















Pembaca dapat memesannya lewat SMS: 0813-7562-0010 (Khusus wilayah Medan Free ongkos kirim)

Tuesday, February 21, 2012

Koleksi Buku Qisthi Press

ini adalah salah satu buku terbitan Qisthi Press. masih banyak lagi keluaran penerbit ini yang laris manis di pasaran, sebut saja "La Tahzan" dan lain sebagainya. bagi anda yang ingin mengetahui harga buku nya bisa di lihat di http://damar132.blogspot.com/p/buku.html dan bagi anda yang tinggal di medan, untuk pemesanan tinggal menghubungi atau sms ke 0813-7562-0010 atau 0812-6571-0525 "Dengan Buku banyak Ilmu dan banyak yang kita tahu"

Friday, February 10, 2012

Resensi: Surat Kecil Untuk Tuhan

Judul Buku : Surat Kecil Untuk Tuhan
Pengarang : Agnes Davonar
Penerbit : Inandra Publised, Jakarta
Tahun : 2008
Tebal Novel : 232 Halaman
Kategori : True Story (non fiksi)

Andaikan,….. semua dapat terulang kembali,
Tetapi pernahkah anda berfikiran tentang itu?
Pernahkah anda mengira-ngira apa yang akan terjadi
Jika semuanya dapat terulang kembali?
Dalam novelnya ini, Agnes Davonar menekankan makna sebuah waktu dalam kehidupan di dunia ini.
Kisah nyata gadis berusia 13 tahun bertahan hidup dari kanker ganas paling mematikan di dunia.
Tuhan …………..
Andai aku bisa kembali
Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini
Tuhan …………
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku
Terjadi pada orang lain
Tuhan ……………
Bolehkah aku menulis Surat Kecil Untuk-Mu?
Tuhan …………….
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?
Tuhan ………………
Biakanlah aku bisa dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya.

Cuplikan diatas adalah sepenggal bait dari tulisan Gita Sesa Wanda Cantika atau yang sering dipanggil Keke. Rabdosmiosarkoma atau kanker jaringan lunak pertama di Indonesia. Keke adalah seorang gadis remaja berusia 13 tahun. Ketika divonis memiliki penyakit kanker mematikan tersebut dalam waktu 5 hari.
Kanker jaringan lunak menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat seperti monster. Walau dalam keadaan sulit keke terus berjuang untuk tetap bersekolah seperti layaknya gadis normal lainnya.
Perjuangan panjang keke dalam melawan kanker ternyata membuahkan hasil. Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan Dokter Indonesia dalam menyembuhkan kasus kanker pertama kali terjadi di Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua dokter dunia bertanya-tanya.
Namun kanker itu kembali setelah pesta kebahagiaan sesaat. Keke sadar nafasnya di dunia semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia justru bersyukur mendapatkan kesempatan untuk bernafas lebih lama dari lima hari bertahan 3 tahun lamanya, walaupun pada akhirnya ia harus menyerah. Dokterpun akhirnya menyerah terhadap kankernya. Di nafas terakhir itulah ia menuliskan sebuah Surat Kecil Untuk Tuhan. Sumber buku dapat di beli di Damar 132 Collection

Wednesday, February 1, 2012

Orang Mukmin Pantang Miskin By. Juriono


Judul Buku              : 7 Keajaiban Rezeki
Penulis                    : Ippho ‘Right’ Santosa
Penerbit                  : PT Elex Media Komputindo
Tebal Buku              : 192 halaman
Cetakan ke-19        : September 2011    
Resensi: 7 Keajaiban Rezeki   

7 Keajaiban Rezeki, itulah sebuah buku yang fenomenal saat ini, sebuah karya dari Ippho Santosa, seorang motivator yang disebut sebut sebagai pakarnya otak kanan.
Buku best seller yang sudah meraih penghargaan rekor MURI dalam penjualan buku terbanyak inipun amat laris di pasaran. Ditambah dengan sejumlah seminar yang dilaksanakan oleh penulis ke seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai ke manca Negara, membuat buku ini semakin ajaib. Apalagi judul buku yang sangat merangsang dan menyentuh semua lapisan masyarakat. Sebut saja seperti angka “7”  kemudian kata “Keajaiban” dan kata “Rezeki” dimana angka dan kedua kata tersebut merupakan komposisi yang tepat dan bermakna padat yang memiliki daya tarik tersendiri bagi calon pembaca untuk segera memilikinya.
Entah berapa orang yang sudah memberikan komentar betapa dahsyatnya buku ini. Dan entah berapa kali seminar yang sudah diselenggarakan oleh panitia di seluruh Indonesia tentang buku ini. Namun memang semakin kita bedah, kita telaah, dan kita fahami serta langsung mengamalkannya, maka keajaiban pun akan menjelma dan datang menghampiri kita.
Dalam hal ini, saya sebagai pe-resensi buku ini akan sedikit mengupas isi kandungan buku karya motivator hebat ini dengan memberi judul “Orang Mukmin Pantang Miskin”. Walaupun penulis buku ini sendiri pada awalnya adalah seorang yang miskin dan penakut serta tidak bisa berbicara di depan umum, melalui buku inilah ia menceritakan pengalaman pribadinya dan mengamati perjalanan hidup orang lain serta membuktikannya betapa seseorang itu bisa bangkit dan menjadi yang nomor satu dengan beberapa cara atau kiat sebagaimana tertuang dalam buku ini.